PUASA UMAT ISLAM LEBIH RINGAN DARIPADA UMAT TERDAHULU
Didlm Al Quran disebutkan bhw sejak tahun kedua Hijriyah, kita umat Islam diwajibkan melakukan ibadah puasa Ramadhan, seperti umat2 sebelum kita juga diwajibkan melakukan puasa, sebagaimana disebutkan dlm ayat 183 Surat Al Baqarah sbb:
ياايهاالذين امنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون.
"Wahai orang-orang yg beriman ! Diwajibkan atas kamu puasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, supaya kamu menjadi orang2 yg bertaqwa".
Allah swt mewajibkan kita melakukan puada dgn disertai penjelasan bhw umat terdahulu juga diwajibkan puasa, dgn maksud antara lain utk mengkondisikan umat Islam agar mereka secara mental merasa ringan, krn kewajiban puasa itu ternyata juga pernah diwajibkan kpd orang2 dahulu, yakni ahli kitab: Yahudi dan Nasrani.
Lalu apakah puasa mereka itu sama dgn puasa kita sekarang ini, ataukah ada perbedaan ?
Jika menengok hadis2 Nabi saw dan ayat2 Al Qurab yg menceritakan perihal perkembangan puasa pada masa2 awal ketika puasa itu diwajibkan kpd umat Islam, maka setidaknya ada perbedaan dlm puasa orang2 ahli kitab dgn puasa orang2 Islam sekerang ini.
Perbedaan itu adalah dlm makan sahur. Dlm sebuah hadis disebutkan:
فصل مابين صيامنا وصيام اهل الكتاب اكلة السحر.
"Perbedaan puasa kita dgn puasa orang2 Ahli Kitab, adalah makan sahur" ( HR Muslim dari Amru bin Al 'Ash r.a.).
Jadi, orang2 Ahli Kitab dahulu dlm menjalankan puasa, tdk makan sahur, sebagaimana juga pada masa2 awal Islam, orang2 Islam juga diwajibkan puasa tanpa makan sahur. Kerika itu, apabila ada orang tidur setelah berbuka puasa, bahkan sebelum buka puasa sekalipun, kemudian ia bangun sesudah maghrib, meskipun malam masih panjang, ia sudah tdk boleh makan, minum dan hal2 lain yg membatalkan puasa. Hikmah dibalik larangan makan dan minum seperti itu, tampaknya krn bulan puasa tdk cukup hanya diisi dgn ibadah puasa saja, tetapi juga harus diisi dgn "qiyamul lail/salat malam".
Perbedaan lainnya antara puasa umat dahulu dan umat Muhammad, adalah puasa kita sekarang, dimulai pada saat terbit fajar, sedangkan puasa orang2 Ahli Kitab dan umat Nabi saw pada masa2 awal Islam, dimulai sejak mereka tidur sesudah maghrib. Jadi orang yg tidur sesudah maghrib, meski terbangun ketika malam masih panjang, ia sudah tdk boleh makan dan minum. Jadi terasa berat menjalankan puasa bagi mereka yg tidur sore, krn puasanya akan menjadi lama.
Pada masa2 awal Islam, pernah ada seorang sahabat bernama Qais bin Shurmah Al Ansori yg sehari-hari bekerja diladang. Pada waktu sore hari ketika pulang kerumah, ia bertanya kpd isterinya, punya makanan atau tdk utk berbuka puasa? Isterinya menjawab: "Belum ada apa2. Tunggulah, aku segera keluar utk mencari makanan". Maka keluarlah ia, sementara suaminya istirahat dirumah menghilangkan lelah. Namun ketika isterinya datang dgn membawa makanan saat waktu sudah magrib, sang suami sudah tertidur lelap. Isterinyapun berkata: "Wah sial sekali kamu" Maka ketika kemudian suaminya terbangun, ia sudah tdk boleh makan, krn ia sudah memulai puasanya sejak ia tidur itu. Sementara esok harinya, ia juga bekerja lagi diladang. Krn kemarin puasanya amat panjang, lantaran krn tdk makan sahur, maka pada siang harinya ketika sedang bekerja diladang, ia jatuh pingsan.
Cerita pingsannya Qais kemudian sampai kpd Nabi saw. Dan begitulah akhirnya Allah memberikan kemurahan dgn menurunkan ayat 187 Surah Al Baqsrah yg intinya bhw sejak saat itu, umat Islam boleh makan, minum dan mengumpuli isterinya pada malam puasa sejak matahari terbenam sampai terbitnya fajar, meskupun sudah didahului dgn tidur.
Bahkan sahur diperintahkan oleh Nabi saw meski hukumnya tdk wajib. Nabi bersabda:
تسحروا فان فى السحر بركة
"Bersahurlah kalian, krn dlm dahur ada keberkahan. (HR Bukhari-Muslim dari Anas bin Malik).
Comments
Post a Comment
TERIMA KASIH ATAS KOMENTAR ANDA.